Si Mas Hasan

Sharing Information and know more knowledge

Sunday, October 25, 2015

Aku Ingin : Aku cari Jendela Itu


Kini aku berada di sebuah ruangan tanpa jendela, ruangan yang memiliki dua pintu disisi kanan dan kiri. Dimana ketika aku membuka pintu sebelah kiri, maka aku  menemukan beberapa jendela yang pernah aku buat. Dan saat ku buka pintu sebelah kanan, aku begitu terkejut menemukan ruangan yang amat indah dan bercahaya, namun tak memiliki satu jendelapun. Kini aku berada dalam kegelisahan dan ketidak pastian. harus kemana aku berjalan, semakin aku bertanya – tanya semakin aku bingung dan tidak menemukan jawaban itu. Hasratku menuntunku melangkah untuk membuka pintu sebelah kanan, namun lagi – lagi hati kecilku angkat bicara menyuruhku berjalan ke pintu sebelah kiri.

Bukalah pintu di sebelah kiri, kemudian berjalanlah dan susuri minimal satu jendela masa lalu supaya engkau dapat membuat jendela di masa depan, ataukah engkau telah mahir membuat jendela?atau bahkan engkau tidak menginginkan sebuah jendela di masa depan??
Akupun menjawab sambil menangis 

Aku hanya menginkan masa depan yang indah dan  cerah, dan aku sudah melihatnya di balik pintu sebelah kanan, ruangan itu begitu indah dan bercahaya. Tidak butuhlagi sebuah jendela. Bahkan aku tidak peduli lagi apakah aku bisa atau tidak membuat jendela.

Hati kecilku berteriak

Ingatkatkah engkau dulu, ketika ruangan disebelah kiri itu engkkau belum lewati. Ruangan itu terlihat indah dan bercahaya. Namun ingatketika engkau mulai memasukinya, ruangan itu perlahan – lahan gelap. Kemudian engkau mulai khawatir. Lalu engkau memutuskan untuk maembuat sebuah jendela. Dan ingatlah jendela itu yang telah membuatmu sampai ketempat ini, karena tanpa jendela itu cahaya tak akan pernah masuk. Dan aku hanya ingin engkau membut jendela yang lebih indah dimasa depan. Maka luangkanlah sebentar waktumu untuk melihat jendela masalalu, supaya engkau dapat memperbaikinya.

Hati kecilku pergi begitu saja,aku masih menangis di tengah kebingungan . ruangan dua pintu itu serasa semakin menghimpit. Dan sampai saat ini aku belum tahu harus melangkah kemana. Kesebelah kiri atau kesebelah kanan. Aku baru sadar ada sesuatu yang aku lupakan ketika aku dirundung kebingungnan, yaitu Doa. Disaat aku harus berpacu dengan waktu, aku berusaha menenangkan diri dan ber doa. Entah apa yang kemudian terjadi, yang jelas aku merasa lebih tenang dan kepalaku serasa di penuhi dengan serotin. Disaat aku menikmati ketenangan itu,tiba - tiba seolah ada yang bersuara lirih berkata

Wahai anak mudak yang tengah duduk, keputusan yang engkau ambil hari ini akan menjadi sejarah bagi kehidupanmu, entah itu baik ataupun buruk. Dan kejadian yang engkau alami hari tidak terlepas dari masa lalumu, begitupun dengan masa depanmu tidak terlepas pada hari ini.

Aku terperangah mendengar suara itu, seketika mataku terbelalak. entah apa yang terjadi, kepalaku seperti tersengat tawon.  Aku tak mengerti, disaat kepalaku seperti tersengat tawon, ada reaksi yang begitu cepat yang memicu tubuhku untuk bergerak. Seketika tubuhku terangkat berdiri dan berlali ke pintu sebelah kiri. Dan sekarang aku sangat sadar aku telah berada di ruangan sebelah kiri. Namun ada sesutu yang ganjil yang aku rasakan, ruangan ini begitu menjadi gelap. Kebingunganku muncul lagi, aku serasa ingin kembali keruangan dua pintu. Akhirnya aku putuskan kembali ke ruang du pintu, tapi bukan untuk menyerah. Melainkan untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk menembus kegelapan itu. 

Kini akau telah berada di ruangan dua pintu. Sekarang kebingunganku tak jau berbeda saat di ruangan sebelah kiri. Dan parahnya aku tak tahu apa yang harus aku persiapkan. Di kebingungan yang melanda diriku, aku menemukan sesutu di pojok sana. Aku dekati tanpa kewaspadaan, setelah aku lihat ternyata itu adalah sebuah senter. Sial disaat seperti ini senter seperti supe hero yang menjadi penyelamat. Pikirku. Namun disisi lain ini adalah sesuatu yang harus     disukuri Akupun berjalan kembali melintasi sebuah pintu yang menghubungkan ruangan dua pintu dan ruangan sebelah kiri, aku bertekad bahwasanya sebelum aku menemuh salah satu jendela aku takan mbali. Perjalanan pun dimulai dengan menyusuri gelapnya lorong masa lalu, berbekal sebuah senter yang namanya hati nurani. Ternyata tidaklah mudah menemukan jendela itu, ataukah jendelanya telah amat kotor tertutupi debu kesombongan.Atau bahkan Jendelanya telah roboh dimakan rayap ketidakpedulian. Sejenak aku merasa amat tak berdaya dan hilang arah. Di saat rasa ketakberdayaan membuncah, justru muncul sebuah harapan. Aku terperanjat melihat sebuah cahaya di kegelapan Bagaikan aurora di Antartika. Berlari sekuat tenaga adalah jalan satu – satunya untuk menggapai cahaya di kegelapan itu. Namun sayang, keinginan tak selalu sesuai dengan kenyataan. Cahaya itu telah pergi entah kemana. Aku berusaha menenangkan diri, dan berpikir sepositif mungkin. Lalu terbesitlah dalam ingatanku, Mungkinkah cahaya tadi hanyalah sebuah fatamorgan, karena aku saking lelahnya.

Hasanudin san

No comments:

Post a Comment